Sudah hampir sepuluh tahun Mak Minah menjual lontong sayur di pinggir jalan masuk tol Tanjung Morawa. Letaknya di sebuah gubuk kecil beratapkan terpal bekas, persis di samping tumpukan sampah yang kadang mengeluarkan bau tak sedap. Setiap hari, dari jam 4 pagi hingga sore, Mak Minah tak pernah absen. Tangannya yang keriput dan penuh bekas luka bakar akibat percikan minyak panas terus cekatan melayani pembeli. Kehidupannya seperti laju kendaraan yang melintas di depannya; bergerak, tapi terasa di tempat yang sama. Pendapatan sehari-hari hanya cukup untuk makan dan membayar kontrakan petak yang sempit.
Rasanya setiap pagi, semangatku seperti bensin yang perlahan habis, kenangnya suatu siang. Padahal, aku cuma punya cita-cita sederhana. Ingin punya warung yang layak, bisa ajak anak cucuku makan enak di luar, dan enggak perlu lagi khawatir soal biaya berobat. Cita-cita itu terasa jauh panggang dari api. Hingga suatu malam, saat ia sedang menghitung sisa uang hasil jualan yang tak seberapa, seorang pelanggan lamanya, seorang supir truk yang akrab dipanggil Bang Udin, datang kembali.
Titik Balik yang Tak Terduga
Bang Udin adalah salah satu pelanggan setia Mak Minah. Setiap ia melewati tol Tanjung Morawa, ia pasti mampir untuk sarapan. Malam itu, ia tidak membeli lontong, melainkan duduk di bangku kayu Mak Minah dan mengobrol panjang lebar. Mak, coba deh Mak lihat ini, ujar Bang Udin sambil menunjukkan layar ponselnya. Di layar itu, terpampang gambar-gambar simbol tradisional seperti burung bangau, koin, dan naga. Ini namanya permainan Mahjong Wins 3. Teman-temanku banyak yang berhasil dari sini, Mak. Cuma butuh modal kecil, tapi hasilnya lumayan, jelas Bang Udin.
Mak Minah awalnya ragu. Pikirannya dipenuhi dengan cerita-cerita orang yang terjerumus ke dunia seperti itu dan kehilangan segalanya. Namun, Bang Udin meyakinkannya. Mak enggak perlu khawatir. Ini bukan soal keberuntungan semata. Ada strateginya, Mak. Kapan harus berani, kapan harus menahan diri. Anggap saja seperti kita berdagang. Kadang untung, kadang rugi, tapi kalau kita jeli dan pintar mengatur, pasti bisa maju. Mak Minah yang putus asa dan lelah dengan kehidupannya akhirnya tergerak. Dengan sisa uang yang ada di dompetnya, ia mencoba peruntungannya.
Dari Seribu Menjadi Jutaan
Awalnya, Mak Minah hanya mencoba dengan modal paling kecil. Ia mengikuti saran Bang Udin untuk bermain dengan hati-hati. Ia mempelajari pola-pola yang ada, seperti sedang memprediksi cuaca untuk menjemur kerupuk dagangannya. Ia tidak langsung ambisius. Setiap kali mendapat sedikit keuntungan, ia sisihkan. Aku tidak pernah serakah. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Itu kata orang tua dulu, ujarnya.
Kejadian luar biasa terjadi setelah dua bulan Mak Minah bermain. Pada suatu malam yang tenang, saat ia sedang menunggu pelanggan yang tak kunjung datang, ia mencoba peruntungannya dengan nominal yang sedikit lebih besar dari biasanya. Layar ponselnya tiba-tiba menunjukkan kombinasi gambar yang luar biasa. Suara notifikasi yang mengagetkan membuatnya hampir menjatuhkan ponsel. Ada tulisan Jackpot dengan angka yang fantastis di sana. Malam itu, Mak Minah berhasil membawa pulang jutaan rupiah. Ia tak bisa tidur semalaman, air matanya tak berhenti menetes. Itu adalah uang terbanyak yang pernah ia pegang seumur hidupnya.
Impian yang Menjadi Nyata
Keesokan harinya, Mak Minah memutuskan untuk tidak membuka warungnya. Ia pergi ke bank untuk menyimpan uangnya, lalu memanggil anak-anaknya. Ini bukan mimpi, katanya sambil menghela napas panjang. Dengan uang itu, Mak Minah tidak langsung berfoya-foya. Ia tetap menjadi sosok yang sederhana. Namun, ia mulai merencanakan masa depannya.
Langkah pertama yang ia ambil adalah menyewa sebuah ruko yang lebih besar dan bersih, tak jauh dari tempatnya berjualan dulu. Dengan bantuan anak-anaknya, ia mengubah ruko itu menjadi warung lontong yang nyaman dan modern. Dindingnya dicat warna cerah, mejanya bersih, dan kini ada kipas angin yang membuat pelanggan tak lagi kepanasan. Namanya tetap sama: Warung Lontong Mak Minah.
Langkah kedua, Mak Minah memberdayakan anak dan cucunya. Anaknya yang tadinya pengangguran kini membantu mengurus warung, sementara cucunya yang pintar mengurus promosi di media sosial. Hasilnya, warung Mak Minah kini selalu ramai. Bahkan, banyak pelanggan baru yang datang setelah melihat ulasan positif di internet.
Kisah Mak Minah adalah bukti nyata bahwa kesempatan bisa datang dari mana saja. Dari pinggir jalan yang kumuh, dari sebuah gubuk kecil, hingga dari layar ponsel. Keberanian untuk mencoba, ditambah dengan kehati-hatian dan strategi yang tepat, bisa mengubah nasib seseorang. Mak Minah tidak hanya sukses, tapi ia juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya. Ia membuktikan, bahwa impian yang tadinya hanya sebatas angan, bisa menjadi kenyataan.
Aku bukan lagi Mak Minah yang hanya bisa pasrah. Sekarang, setiap pagi, semangatku seperti mesin kendaraan yang baru diisi bensin penuh, katanya sambil tersenyum tulus. Warung ini bukan sekadar warung. Ini adalah monumen dari sebuah harapan yang berhasil diwujudkan.